Skip to main content

Keselamatan di Jalan dan Janji Para Calon Wakil Rakyat


Setiap menjelang pemilihan umum biasanya biasanya ada banyak janji dan program bertebaran oleh para calon wakil rakyat. Ada banyak hal yang dimunculkan mulai dari soal pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga budaya. Namun diantara banyak hal tersebut ada satu yang saya tunggu-tunggu, satu hal yang mungkin dianggap remeh. Hal tersebut adalah soal nasib transportasi umum, di masa mendatang.

Bicara transportasi umum awalnya saya mengira hal ini adalah sesuatu yang simpel. Hal ini seringkali saya bahas ngalor-ngidul dengan istri setiap kali berkendara menuju Yogja. Secara kebetulan saja saya sering berpapasan dengan bus yang beroperasi di rute baru di Sleman Utara.

“Harusnya seperti ini, rute-rute yang dulu ada bus atau angkutan dihidupkan. Ya peran pemerintah memang penting dan memang harus ada subsidi,” kata saya kepada istri dengan yakinnya.

Solusi yang di tahun 2000an sudah sering saya dengar saat mengikuti kuliah transortasi alm pak Heru Sutom. Beliau mengistilahkan dengan pemerintah membeli layanan. Solusi inilah yang diterapkan pada layanan trans Jakarta, trans jateng atau trans jogja. Karena itulah benar-benar saya yakini bisa jadi solusi. Hal ini juga yang selalu jadi angan-angan saya atas solusi hilangnya angkutan umum di daerah tempat saya tinggal saat ini, kota susu Boyolali.

Awalnya saya punya satu hipotesis tingginya angka kecelakaan di Boyolali salah satunya disebabkan menghilangnya angkutan umum. Hilangnya angkutan umum menyebabkan peran diambil oleh kendaraan bermotor. Maka jangan heran karena ketiadaan angkutan umum anak-anak seumuran SD saja ke sekolah ada yang sudah membawa sepeda motor sendiri. “ Jadi bukan salah orang tua kalau mereka mebawa motor, lha angkutan saja tidak ada,” .

Lalu solusinya seperti apa? Mau-tidak mau mengikuti pemerintah harus mensubsidi angkutan umum dengan membuat layanan ala trans Jakarta, jateng, Jogja dan sejenis. Nantinya masyarakat akan berpindah menggunakan angkutan umum. Namun apakah semudah itu kenyataannya? Ternyata tak semudah itu bro.

Mengamati trans Jogja rute baru yang selalu sepi penumpang awalnya saya masih punya otimisme, jika hal ini hanya terjadi karenan kasus covid masih tinggi. Nanti setelah kasus covid mereda bus-bus tersebut bakal dipenuhi penumpang apalagi waktu itu semua masih banyak yang bekerja atau belajar dengan daring. Namun nyatanya sebulan, dua bulan setahun bahkan saat ini ketika covid sudah mereda dan banyak orang berlalu lalang dengan beraktivitas bus tetaplah sepi. Karena teramat sepi-sampai pemerintah provinsi memutuskan mengurangi armada yang beroperasi.

Rupanya upaya pemerintah dengan member subsidi mengadakan layanan dengan bus bagus, tarif terjangkau belumlah menjadi solusi. Sampai sampai ada seorang penulis terkenal Jogja yang member komentar bus trans akhirnya kalah dengan leasing. Bayangkan saja sebagus apapun armada bus tetap saja kalah lincah dengan sepeda motor yang bisa didapat dengan uang muka mulai dari 500 ribu saja. Belum lagi jika dibandingkan dengan waktu tempuh jelas-jelas bus kota kalah saing. Sepeda motor pun kini dianggap menjadi solusi yang paling rasional untuk berkendara karena murah dan nyaman, meskipun soal keamanan urusan belakangan.

Kondisi jalanan kita saat ini memang mengkhawatirkan. Coba saja perhatikan bagaimana cara berkendara , bagaimana cara menyalip, keluar masuk gang dan seenaknya. Perilaku inilah yang seringkali menjadi penyebab kecelakaan terjadi. Pernah suatu pagi saat dalam perjalanan mengantar istri ke tempat kerja saya uring-uringan karena ada seorang pengedara motor yang berkendara ugal-ugalan belum sempat saya member komentar beberapa kilometer dari tempat saya disalip tadi ada kerumunan orang. Rupanya terjadi kecelakaan seorang pengendara sepeda motor yang terjatuh karena gagal menyalip sebuah kendaraan. Memang sehari-hari kondisi seperti ini banyak sekali terjadi mereka yang kecelakaan bisa saja mungkin sedang apes dan bernasib sial.

Beberapa tahun ini angka kecelakaan kendaraan meningkat. Berdasarkan data dari Korlantas Polri yang dipublikasikan Kementerian Perhubungan, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 103.645 Kasus pada tahun 2021. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan data tahun 2020 yang sebanyak 100.028 kasus.

Kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun 2021 telah menewaskan 25.266 korban jiwa dengan kerugian materi mencapai Rp246 miliar. Sementara jumlah korban luka berat akibat kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun lalu sebanyak 10.553 orang, dan korban luka ringan 117.913 orang. Berdasarkan jenis kendaraan, keterlibatan kasus kecelakaan lalu lintas yang paling tinggi adalah sepeda motor dengan persentase 73%.

Jika dilihat trennya sejak 2017, kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia cenderung fluktuatif. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2019 yang mencapai 116.411 kasus, dan yang terendah terjadi pada tahun 2020, yakni 100.028 kasus. Tingginya angka kecelakaan di jalan raya ironisnya secara tidak langsung pemberi kontribusi adalah leasing yang mempermudah akses kepemilikan kendaraan bermotor.

Saya kira sangat mendesak perlu upaya lain tidak sekedar subsidi untuk pengadaan angkutan umum. Meskipun langkah pemerintah daerah seperti yang ada di Solo, Jawa Tengah, DIY tetap perlu diapresiasi namun itu belumlah cukup. Perlu ada upaya lain dalam hal ini harapan tentunya ada di para calon legislator mulai dari tingkat pusat untuk lebih aktif mencari solusi terbaik. Tujuannya tentunya membuat jalan kembali nyaman angkutan umum berjalan lancar dan angka kecelakaan bisa turun.

Fathoni Arief  

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments