Skip to main content

Suporter Indonesia : Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua

Ribuan suporter sepakbola mendatangi kantor pusat PSSI di Senayan, Jakarta. Mereka berasal dari berbagai klub, dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Boromania, suporter Persibo Bojonegoro, Singamania, suporter Sriwijaya FC, Aremania, suporter arema Indonesia, Bonekmania, suporter Persebaya, The Jackmania, dan kelompok suporter lainya. Mereka tiba dengan menggunakan berbagai sarana transportasi mulai bis hingga pesawat terbang.

Semua kelompok suporter tersebut membaur menjadi satu. Mereka memiliki satu visi menuntut pembaharuan di PSSI atau ekstremnya Revolusi PSSI. Mereka memperjuangkan satu tuntutan Nurdin Halid harus mundur sebagai harga mati.

Meskipun berasal dari berbagai klub yang berbeda ribuan suporter tersebut meninggalkan atribut masing-masing. Mereka bersuara atas nama suporter Indonesia. Mereka menyuarakan aspirasi masyarakat yang sudah gerah dengan apa yang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Khususnya saat di bawah pimpinan Nurdin Halid. Bisa dikatakan sepakbola negeri ini nihil prestasi dan diperburuk dengan dugaan berbagai skandal suap di tingkat klub dari berbagai divisi.

Ada satu hal yang menarik dalam aksi protes suporter Indonesia ini. Dengan satu tujuan yang sama mereka seakan lupa dengan gesekan-gesekan yang sebelumnya pernah terjadi. Permusuhan-permusuhan diantara mereka saat masing-masing kelompok bertemu ketika klub kesayangan mereka bertanding. Namun kini semua dendam masa lalu untuk sesaat dan semoga bisa seterusnya terlupakan. Mereka fokus akan satu tujuan bersama membuat perubahan besar di tubuh PSSI.

Bersatunya suporter Indonesia dengan latar belakang berbeda dan sejarah konflik diantara mereka kembali mengingatkan kita akan bersatunya putra-putri Indonesia memperjuangkan lahirnya negara Indonesia. Berbagai pemuda dari berbagai suku,ras dan agama bersatu dalam sumpah pemuda. Keduanya memiliki semangat yang sama, bersatu memperjuangkan cita-cita yang sama. Jika dulu melawan pemerintah kolonial Belanda, kini melawan rezim status quo di bawah kendali Nurdin Halid.

Secara tidak langsung suporter Indonesia sadar, berjuang sendiri-sendiri tak akan mudah memberikan hasil. Bersatu, sejenak melupakan perbedaan yang ada membuat mereka kuat dan tak bisa dipandang sebelah mata. Jika bersatunya pemuda di awal abad 20 menjadi titik balik perjuangan bangsa lepas dari penjajahan semoga saja bersatunya suporter Indonesia menjadi titik balik kebangkitan sepakbola Indonesia.

Fathoni Arief

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments