Skip to main content

Bersikap Jujur Mulai Dari Diri Sendiri

Ada sebagian orang berpendapat jujur ajur (jujur hancur). Mereka menganggap terkadang berkata jujur justru bisa menghancurkan diri sendiri. Apakah benar demikian?

Jujur, dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti : bisa dipercaya, tidak berbohong, berkata apa adanya. Satu kata yang memang begitu mudah diucap, namun ternyata pelaksanaanya tidak semudah mengucapkanya. Coba saja apakah kita sudah benar-benar jujur dalam kehidupan sehari-hari?


Satu kisah tentang tema kejujuran saya dapatkan ketika mengikuti khotbah Jumat di Masjid Kampus UGM, Jumat pekan lalu. Sejarah pernah mencatat seorang tokoh yang dalam kehidupan sehari-hari hingga akhir hayatnya diselimuti dengan ketidakjujuran. Dia adalah Joseph Goebbels, seorang penasehat Adolf Hitler. 

Lawan dari jujur adalah bohong. Seseorang yang telah terbiasa berbohong secara tidak sadar akan membuat kebohongan demi kebohongan baru menutupi ketidakjujuran yang telah ia ucapkan. Inilah yang terjadi pada diri Goebbels.

Goebbels sebenarnya lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga Katolik taat. Bahkan hingga Universitas ia bersekolah di sekolah Katolik. Namun ternyata ia memilih jalan yang berbeda dengan lingkunganya. Tahun 1924, Goebbels bergabung dengan Nazi pimpinan Adolf Hitler. Satu jabatan penting ia terima, yaitu sebagai Menteri Propaganda Nazi. 

Di "kepengurusan" Nazi karir Goebbels melesat. Ia diakui karena kepiawaianya sebagai seorang propagandis. Goebbels begitu disegani oleh para ilmuwan,tak hanya di eranya bahkan hingga sekarang. Semua karena ia dianggap sebagai pelopor dan pengembang teknik propaganda modern. Satu hasil karyanya  diberi nama Argentum ad nausem atau dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar). Prinsip dari teori tersebut adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran.

Apakah kebohongan Goebbels tersebut jaya selamanya? Semua pasti sudah mengetahui bagaimana riwayat Nazi. Semuanya hancur lebur termasuk akhir dari kehidupan Goebbels. Ia mati bunuh diri dengan menembakkan pistol pada kepalanya dan sebelumnya meracuni anak dan istrinya. Bahkan sebelum ia bunuh diri sempat juga mengatur bagaimana agar seorlah-olah jasadnya dan keluarganya terbakar atau mati karena kecelakaan. Goebbels mengakhiri hidupnya dengan kebohongan.

Masih terkait dengan jujur dan tidak jujur (bohong). Beberapa waktu lalu, tokoh lintas agama membuat pernyataan pemerintah telah membuat kebohongan demi kebohongan. Satu pernyataan yang langsung mengundang reaksi dari pemerintah, intinya menolak jika dikatakan bohong. Lalu siapa yang benar? Bagi masyarakat awam yang tidak punya kekuatan apa-apa seperti saya memilih memulai jujur dari diri sendiri dan yakin jika itu merupakan kebohongan suatu saat pasti akan terbuka. Berkata dan berperilaku jujur memang tak semudah mengucapnya. Tentang kejujuran 16 abad yang lalu Nabi Muhammad bahkan pernah mengatakan terkadang jujur itu pahit. Dalam sebuah sabdanya Rasulullah berkata :  Qul al haqqa walau kana murran (Katakanlah yang benar meskipun pahit). Semoga saya pribadi bisa senantiasa menghiasi hari-hari dengan kejujuran.

Sumber video : getty images

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments