Skip to main content

Kumpulan Sejarah Kecil Indonesia

Buku Kumpulan sejarah kecil indonesia

Kisah-kisah kecil yang pernah terjadi di beberapa daerah Indonesia ternyata menarik untuk diketahui. Ada banyak kisah kecil yang penuh dengan human interest dan justru terkadang lepas dari sejarah besar bangsa Indonesia meski terkadang memiliki kaitan erat dengan sejarah besar bangsa.

“Sudah beberapa waktu lamanya saya berfikir tentang bagaimana caranya membuat sejarah menarik bagi generasi muda. Sejarah yang tidak hanya terdiri dari hanya rangkaian tahun atau jaartallen untuk dihafalkan, tetapi yang dirasakan hidup dan bermakna untuk kehidupan zaman sekarang,” ujar Rosihan Anwar.

Penulis kemudian menyusun sebuah buku dengan mengkombinasikan antara kiat-kiat jurnalistik dengan persyaratan ilmiah. Ternyata ia cukup banyak menulis karangan yang berkaitan dengan sejarah, baik dalam bentuk tulisan feature untuk surat kabar dan majalah maupun dalam bentuk narasi skenario film dokumenter tau reportase untuk televisi.

Tak ingin tulisan-tulisannya hilang begitu saja dan bisa bermanfaat bagi generasi muda akhirnya penulis mengumpulkan semuanya. Ia kemudian menulis ulang dan menyusunya kembali dalam kemasan yang lebih sesuai.

Rosihan memberi bukunya judul “Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia”. Buku ini terdiri dari 12 bagian. Masing-masing bagian bercerita tentang peristiwa dan setting tempat yang berbeda. “ saya buat pembagian menurut daerah kejadian, saya susun kembali urutan waktu dan zaman secara kronologis,” katanya.

Menziarahi Masa Lampau

Dalam buku ini, Rosihan Anwar membawa kita untuk melihat “sejarah kecil” Indonesia, seperti Kayu Cendana di Pulau Timor, Kudeta Nazi Jerman di Pulau nias, riwayat Saisuk di sumatera barat, Sahabat-sahabat Prof Snouck Hurgronje, Pulau Karimun yang dipimpin Perwira Jerman, tempat pembuangan Bung Karno dan sebagainya. Pembaca seperti diajak berjalan-jalan berkunjang dari satu tempat ke tempat lain, satu masa ke masa lain.

Ada kisah-kisah yang mungkin selama ini tak banyak orang tahu. Seperti kisah kudeta tentara Nazi di pulau Nias. Kisah tersebut didapat Rosihan dari buku karya Jacob Zwaan berjudul Nederland Indie : 1940-1946 dan karya C. van Heekeren Batavia Seint : Berlin. “ Saya temukan kisah menarik tentang pulau Nias yang sebelumnya tidak saya ketahui,” ujarnya.

Buku tersebut mengisahkan, peristiwa setelah negeri Belanda diserang oleh tentara payung Nazi Jerman pada 10 Mei 1940. Penyerangan yang berimbas pada nasib orang Jerman di Hindia. Polisi Hindia Belanda melakukan penangkapan orang-orang Jerman dan memenjarakan mereka dalam berbagai kamp seperti di Ngawi. Mereka yang ditangkap terdiri dari berbagai macam latar belakang.

Tanggal 8 Desember 1941 tentara Jepang menyerang Pearl Harbour dan berlanjut dengan invasi ke Utara Kalimantan dan Sulawesi. Belanda menyelamatkan diri. Mereka membawa tahanan orang-orang Jerman tersebut ke India dan Inggris. Tanggal 19 Januari 1942 berangkatlah dari pelabuhan Sibolga kapal penumpang “Van Imholf” yang mengangkut 477 orang Jerman menuju India.

Namun di tengah jalan perjalanan mereka terganggu. Sebuah pesawat pengintai milik angkatan laut Jepang (Kaigun) menjatuhkan bom di atas kapal “Van Imhoff”. Kapalpun tenggelam 110 orang Belanda menggunakan sekoci yang ada melarikan diri sementara tahanan Jerman dibiarkan tersekap begitu saja. Sekocipun habis dan yang tertinggal hanya satu kapal kerja dan sejumlah rakit. Hanya 65 tawanan saja yang akhirnya berhasil selamat mendarat di pulau Nias. Di pulau itu Belanda langsung menahan mereka.

Minggu malam 29 Maret 1942 orang-orang Jerman meloloskan diri. Mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda dan merebut penguasaan atas pulau itu. Penguasaan ini berakhir tanggal 17 April 1942 ketika tentara Jepang datang. Cerita seputar kronologis pembentukan Tentara Nasional Indonesia juga ditulis Rosihan dalam buku ini.

Naluri Seorang Wartawan

Buku ini juga berisi peristiwa-peristiwa yang secara langsung diikuti oleh Rosihan. Profesinya sebagai seorang wartawan yang hidup di berbagai era membuatnya banyak menjadi saksi peristiwa bersejarah. Seperti saat-saat menjelang 10 November tahun 1945, dimana bakal pecah perang besar-besaran antara tentara Inggris melawan pasukan arek-arek Suroboyo. Rosihan merasakan betapa semangat perjuangan dihembuskan kemana-mana. Ia merasakan secara langsung sambutan rakyat di sepanjang perjalanan menuju Surabaya dengan menggunakan kereta Api yang didalamnya membawa bantuan senjata. Sepanjang perjalanan kereta yang beradu cepat dengan waktu itu disambut dengan pekik perjuangan oleh rakyat.

Selepas mengakhiri karier sebagai wartawan ternyata naluri sebagai wartawan Rosihan Anwar tak hilang meski usia sudah makin renta. Seperti dia kisahkan saat peristiwa penyerangan kantor PDI di jalan Diponegoro atau yang sering disebut peristiwa 27 Juli 1996. Meski saat itu ia sudah berusia 74 tahun namun rasa keingintahuannya tidak berkurang. Cerita tentang pengalaman Rosihan menjadi saksi peristiwa bersejarah itu ada di bagian ke 13. Cerita yang baru disampaikan Rosihan 6 tahun setelah kejadian tersebut.

Sifat Presiden dari Masa Ke Masa

Rosihan Anwar juga menceritakan dalam bagian terakhir (Bab 13) di buku ini mengenai pemimpin negeri ini dari masa ke masa, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman wahid hingga Megawati. Mengenai Soekarno, Rosihan mengutip cerita dari buku karangan Drs. Barkman mantan dubes Belanda di Jepang. Dari buku berjudul Bestemming Jakarta – Het herstel der Nederlands- Indonesische betrekkingen (Tujuan Jakarta-Pulihnya hubungan Belanda-Indonesia).

Dari buku tersebut ternyata ditemukan fakta menarik. Soekarno sebagai presiden pernah mengadakan kunjungan ke berbagai negara namun justru tak pernah mengadakan kunjungan sebagai kepala negara ke negeri Belanda. Soekarno selalu menunggu undangan resmi dari ratu Juliana namun sampai ia berhenti jadi presiden undangan itu tak pernah sampai.

Cerita lainnya adalah tentang mantan presiden Soeharto. Rosihan menceritakan dalam buku ini saat-saat terakhir menjelang jatuhnya presiden kedua tersebut. Satu lagi yang paling menarik adalah cerita mengenai mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih sering dipanggil Gus Dur. Bagi yang suka akan bacaan-bacaan bertema buku bertema sejarah. Buku ini layak menjadi koleksi.

JUDUL BUKU : Sejarah Kecil “petite histoire” Indonesia

PENULIS : Rosihan Anwar

Jumlah Halaman : 316 halaman

ISBN : 9789797091415


FATHONI ARIEF

Comments

Ratih Juhara said…
thanks for share
untuk koleksi buku sejarah selanjutnya :)