Skip to main content

Sejenak Bersama Pak Jenderal...


Sebentar lagi hari Pahlawan akan kembali diperingati. Ada banyak hal yang hingga saat ini masih menjadi pertanyaan tentang apa pentingnya memperingati hari pahlawan dan siapa yang berhak disebut sebagai pahlawan. Berikut wawancara saya dengan ketua Umum Legiun Veteran Indonesia Letnan Jenderal (purn) Rais Abin.
Definisi pahlawan yang ada saat ini menurut bapak seperti apa?

Pada akhirnya kepahlawanan seseorang itu akan diuji oleh sejarah. Tapi kita juga tahu sejarah itu ditulis oleh manusia juga yang dalam banyak hal tidak terlepas dari faktor subyektivitas. Inilah permasalahan sebenarnya bagi saya. Siapa sebenarnya yang berhak disebut sebagai pahlawan? Kalau dia gugur di medan pertempuran menurut hemat saya dia memang pahlawan. Kalau dia gugur mempertahankan kehormatan bangsa dia juga berhak disebut sebagai pahlawan.

Tapi inikan harus diuji oleh catatan-catatan sejarah. Kebenaran seperti sekarang ini siapa
yang menjamin? Apakah Departemen Sosial? Enggak kan? Kebetulan timnya disusun di bawah naungan Departemen Sosial.

Saudarakan tahu sendiri sekarang ini setiap tahun kan puluhan usulan dari daerah-daerah untuk mempahlawan nasionalkan anak daerahnya. Tapi apakah ini bisa diproses begitu saja? Kalau fakta-fakta kesejarahanya tidak dapat membuktikan saya sarankan tunggu dululah. Tunggu saja dulu. Akhirnya kebenaran itu akan keluar.

Seperti saat saya aktif di perang gerilnya misalnya. Apakah seseorang itu benar tidak dalam banyak hal dicek diujikan dengan fakta-fakta yang dibuat oleh pihak musuh. Jadi misalnya begini seseorang gugur di medan pertempuran dimana? Misalnya di Gombong. Dalam keadaan apa? Oya waktu itu tentara Belanda masuk terus ditembak, dia ditembak balas terus jatuh. Kita telusuri dengan mengunjungi lembaga sejarah Belanda. Sebab jangan lupa kelemahan bangsa Indonesia ini utamanya dalam hal malas mencatat. Tentang malas mengingat saya tidak tahu tapi malas mencatat itu nyata. Sampai sekarang diantara teman-teman saja bisa dihitung jari yang betul-betul memiliki arsip catatan yang benar mengenai kisah masa perjuangan.

Balik ke Gombong tadi kita tahu di tahun itu ada operasi kita adukan. Catatan harian dari tentara Belanda ternyata tidak ada apa-apa hari itu nah bagaimana ini? Nah inilah kebenaran itu harus dicek dengan sejarah. Kebenaran harus dicek dengan pihak-pihak yang benar. Ada banyak pihak-pihak yang meminta dukungan dari ketua LVRI untuk disahkan sebagai pahlawan tapi ada yang saya tolak.

Kriteria seseorang berhak disebut sebagai pahlawan sebenarnya seperti apa?
Kriteria seseorang berhak disebut sebagai pahlwan sebenarnya mudah tetapi harus didukung oleh sejarah. Kalau menurut saya Bung Karno itu adalah pahlawan nasional meskipun dikatakan ada hubungan Gestapu atau apa. Tapi dia telah menyematkan wibawa bangsa dalam menghadapi bangsa-bangsa dunia. Apapun yang dikatakan ada kejahatan orde lama bagi saya Bung Karno itu harus disebut sebagai pahlawan nasional.

Pak Harto apakah dia Pahlawan Nasional karena dia menghantam Gestapu yang sampai sejarahnya masih dipersoalkan. Bahwa dia menyerang Yogyakarta. Serangan Yogya kembali. Film yang tiap tahun diputar itu. Apakah itu cukup untuk membawa dia sebagai pahlawan nasional. Saya tidak tahu menurut saya tidak banyak yang melakukan operasi-operasi gerilya seperti itu. Ditambah lagi dengan apakah itu benar-benar prakarsa beliau.

Saya bertemu sendiri dengan Sultan HB 9 sewaktu saya masih aktif menjadi duta besar di Singapura. Saya tanyakan sendiri pada almarhum HB 9. Dia tidak mau mengoreksi sedangkan semua orang bilang itu adalah perintah Sri Sultan. Ini hal-hal yang menurut saya harus menjadi bahan pengujian seseorang berhak untuk disebut sebagai pahlawan.

Kalau tadi kebanyakan bapak cerita tentang pahlawan yang berperang, bagaimana dengan yang tidak berperang apakah ada kriteria lain?

Ya seperti tadi, kalau jelas-jelas menurut saya Bung Karno berhak jadi pahlawan nasional. Dalam posisi yang begitu kuat, begitu terpelajar, yang jika beliau mau ikut dengan penjajah pada waktu itu dia mungkin mendapatkan jabatan yang bukan main tingginya dan gaji yang sedemikian besarnya bahkan mungkin lebih tinggi dari Belanda-belanda. Itu dia menolak dan memilih masuk penjara itu sangat layak beliau disebut Pahlawan. Bung Hatta juga sama, Syahrir juga begitu. Itu yang bukan berjuang secara fisik di lapangan saya menghargai mereka sebagai pahlawan. Kalau yang lain saya tidak tahu apakah benar layak disebut sebagai pahlawan. Saya juga selalu bilang fakta semua kembali sejarah tapi kita tahu sendiri kadang penulisan sejarah menjadi permainan orang. Saya maksud seperti yang ditulis oleh pak Nugroho sebagai sejarah saya kira tidak memenuhi syarat yang tadi kualifikasi yang akademik.

Siapa lagi yang bisa disebut. Ok, misalnya Diponegoro sudah dianggap oleh mayoritas bangsa kita sebagai pejuang. Tapi menurut saya sangat banyak itu yang menurut saya kurang mungkin puluhan. Itu bagaimana saya fikir faktanya apa? Kita minta fakta kan. Kalau cuma bersembunyi dibalik kata memperjuangkan hak-hak ya bagaimana, di jaman penjajahan itu benar-benar bisa dihitung dengan jari. OK, misalnya di Aceh Teuku Umar, terbukti itu sebab dalam sejarah Belandapun disebutkan. Satu-satunya daerah di Netherland Indie yang tidak dapat dikuasai adalah Aceh.

Terus kemarin saya menerima dari tentara pelajar untuk mengajukan Slamet Riadi sebagai pahlawan nasional. Dia gugur dalam pendaratan di Ambon. Saya langsung dukung karena dia memang gugur di lapangan semua pasukan tahu dan anak buah tahu. Kalau seperti itu memang layak jadi pahlawan. Mau dipahlawankan nasional terserah. Langsung saya teken dan saya mendukung kepahlawanan Slamet Riadi. Lainnya saya tidak berani.

Diantara yang sudah disebutkan tadi semuanya kan putra bangsa sendiri. Ada banyak keturuunan asing yang berjasa bagi negeri ini seprti Insinyur-insinyur Belanda yang membangun seperti kanal pengendali banjir dsb. Seperti mereka itu apakah layak juga disebut pahlawan?
Mungkin bisa tapi tidak kearah pahlawan nasional tapi kearah nobel itu. Berjasa dalam bidang teknologi, kesehatan dsb. Ada juga Dr. Suharso buat saya beliau itu juga pahlawan Nasional. Karena beliaulah perintis pertama sebenarnya yang mengangkat masalah cacat. Beliau yang mendirikan lembaga cacat Suharso.

Sultan HB IX buat saya beliau itu pahlawan. Karena kenapa kalau pada waktu itu Belanda tak mau ikut kita dan Belanda masuk Jogja habis sudah perjuangan. Tak bisa kita masuk ke Jogja. Tapi apa dia bilang waktu itu ke Belanda kalau kamu mau masuk melewati mayat saya saja. Buat saya beliau itu pahlawan nasional apapun yang dikatakan orang. Mungkin kalau ditanya tentang Diponegoro itu dikhianati oleh Sentot itu bagaimana? Terus Otto iskandardinata bagaimana? Memang dia pemimpin partai. Saya dapat kesan seolah-olah orang-orang yang ikut di kabinet sukarno itu mau dipahlawankan semua. Mungkin banyak orang yang mendukung tapi marilah kita terapkan dalam kriterianya.

Apakah perlu ada redefinisi jadi pahlawan nasional itu seperti apa?

Kalian tidak meragukan Bung Karno, Hatta, syahrir dan yang lainnya itu pahlawan Nasional. Yang lainnya kan tanya-tanya siapa ini? Malahan pelurusan sejarah sekarang ini jadi akhirnya untuk inti dari pendapat saya kepahlawanan nasional itu harus diuji oleh sejarah. Hanya sejarah sebenarnya yang menyatakan orang itu memang berhak untuk disebut sebagai pahlawan. Nah keperjuangannya itu tidak selalu harus fisik bisa politis, sosial juga pendidikan. Ki Hajar bagi saya pahlawan nasional. Beliaulah yang merintis pendidikan bebas dari Belanda pada waktu itu.

Bapak Syafei di Sumatera barat INS itu juga pahlawan. Menurut saya dia satu-satunya di luar Jawa yang mendirikan satu Institut nasional. Ini kan jelas tidak usah diragukan memang dia membuka jalan pertama sama seperti pak Suharso tadi. Buktinya ada sih tidak ada orang yang memungkiri bahwa jasa Syafei, Ki Hajar.

Mengenai Seremoni Hari pahlawan menurut bapak seperti apa?

Menurut saya yang penting itu masuk di hati.Kalau cuma bunga-bunga saja ya tidak usahlah. Kalau menurut saya seorang Presiden juga harus aktif ikut menilailah. Kalau dia tidak mampu carilah orang tua lain yang kira-kira bisa ikut dengar. Saya dapat kesan bahwa penentuan akhir itu kan ada di tangan presiden juga kan. Kan harusnya dia diamankan oleh dewan pertimbangannya. Siapa sekarang yang merupakan dewan pertimbangan masa cuma Mensos. Kalau menurut saya yang sudah berumur 81 itu anak-anak kemarin bagi saya. Saya meyangkan selama ini Presiden kadang-kdang dikerjain.

Seperti juga kriteria pemberian bintang-bintang itu kan harus diuji oleh fakta sejarah. Saya dua kali diberi Mahaputra terakhir kemarin. Saya tanyakan apa jasanya. Jawabannya karena anda sudah memberikan fakta kebanggaan bagi bangsa sebagai panglima pasukan PBB di Timur Tengah sejak tahun 1976 sampai tahun 1979.

Intinya kepahlawanan nasional diuji oleh sejarah. Sebaliknya sejarah ini hendaknya bukan sejarah yang ditulis secara obyektif. Harus didukung oleh mayoritas mereka yang dianggap mengetahui. Kalau tidak begitu ya susah.

Saya pernah dengar seorang teman dia mengunjungi sebuah lembaga pendidikan SMP. Mereka tidak tahu siapa Syahrir, tidak tahu Haji Agus Salim. Buku Sejarah yang ditulis sampai sekarang masih tidak cukup sempurna. Terlepas juga dari kelemahan bangsa kita yang kurang dalam hal kebiasaan membaca. Semangat dan minat membaca itu rendah sekali.

Saya sekolah Belanda Sejarah Belanda hafal. Sekarang karena dalam teksbook sangat mudah dipahami dan sangat jelas sistematikanya dan kebetulan saya sendiri diajak untuk minat membaca. Saya tidak tamat belajar bahasa inggris tapi bisa memimpin prajurit internasional hingga 6000 orang. Tapi itu karena minat belajar dan membaca. Ini yang saya amati. Banyak diantara mereka itu yang lemah. Saya kira perlu dianjurkan untuk budaya membaca.

Saya pernah berbicara di koran. Saya katakan bahwa bangsa kita itu seolah-olah sudah tidak memberikan perhatian terhadap sejarah perjuangan bangsa. Jadi kurang perhatian terhadap Veteran menurut saya juga kurang perhatian terhadap sejarah perjuangan bangsa. Ini siapa yang bertanggung jawab? Ya pemerintah akhirnya. Pemerintahnya siapa? Apakah itu Menteri pendidikannya atau institusi. Secara pragmatis mereka itu lebih mementingkan masalah-masalahh pragmatis yang dihadapi.

Kalau di LVRI sendiri perhatian terhadap pejuang yang masih hidup seperti apa?
Kondisi mereka sangat menyedihkan. Masih ada diantara mereka yang hidup terlantar. Oleh karena itu kita coba untuk meningkatkan kesejahteraannya dan sudah didukung oleh Presiden.Sudah dijanjikan tapi katanya baru turun tahun 2008. Mereka dapat tunjangan veteran itu tak lebih dari Upah Minimum Regional.

Saya rasa sekarang bisa dihitung dengan jari yang aktif sebagai veteran pejuang 1945 sampai 1950 itu. Tiap minggu biasanya ada yang meninggal kan. Umurpun rata-rata sudah 80an. Jadi kalau kita mau perjuangkan kita perjuangkan semasa-masanya. Kami merasa senang karena dari Presiden ada perhatian yang khusus. Cuma dalam pelaksanaanya selalu bertabrakan anggaran belanja yang kewenangannya ditangan Menteri Keuangan.

Perhatian itu bagi semua veteran? (Veteran, 45, Seroja dsb)

Veteran itu ada dua macam. Ada yang disebut Veteran pejuang yang aktif di jaman perjuangan, ada juga veteran pembela kemerdekaan yang ini mereka yang ikut Dwikora, Trikora, Seroja dsb. Yang kita perhatikan terutama untuk saat ini Seroja. Karena mereka itu karena kebanyakan banyak yang cacat dan memang usaha hidup mereka lebih berat, yang lainnya yang bukan Seroja kita coba paling sedikit mengamankan kebutuhan hidupnya. Tapi mereka jauh lebih beruntung dari veteran pejuang. Untuk Veteran pembela ini umurnya tak lebih dari 55 hingga 60 jadi masih ada daya untuk usaha.

Sudah menjadi misi dari LVRI untuk meningkatkan kesejahteraan. Itu yang pertama kita lakukan disamping meningkatkan kembali harkatnya itu di mata masyarakat. Sebab tidak mungkin meningkatkan kesejahteraan kalau harkatnya tidak ditingkatkan itu kan timbal balik. Karena itu saya katakan, saya menyatakan bahwa dua misi ini adalah satu. Meningkatkan kembali harkatnya dan meningkatkan kesejahteraannya.

Kegiatan meningkatkan kesejahteraan itu dalam bentuk apa saja?
Yang pertama melalui sosialisasi terutama ke masyarakat-masyarakat di daerah. Dalam kenyataannya pemerintah di daerah sudah mulai banyak yang aktif membantu mengatasi masalah veteran di daerah. Untuk meningkatkan harkatnya antara lain yaitu kita mewujudkan, mengaktifkan kegiatan dimana veteran-veteran itu aktif. Misalnya dalam hari raya Idul Fitri kita coba menghimpun mereka yang dapat tunjangan itu. Kita kumpulkan di balai sarbini dengan menghimpun semua.

Misalnya untuk Jakarta raya ini kita sedang memproses apa yang namanya kendaraan jenasah. Kan banyak veteran yang meninggal itu untuk pesan mobil jenasah saja setengah mati carinya untuk bayar. Ini kan aneh. Sudah meninggal kok mesti cari duit lagi. Sekarang kita usahakan mobil jenasah. Itu hal yang mulai tidak diperhatikan.

Disamping mobil jenasah untuk memakamkan orang di makam pahlawan saja harus bayar. Harus dibutuhkan biaya coba bagaimana?. Disini saya bilang tidak ada itu harus didukung sepenuhnya. Mulai dari kereta jenasah hingga pemakaman janganlah dibebani mereka.

Sekarang ada satu guyonan, ada undangan ke istana, undangan ke ini dan itu. Undangannya VIP tidak? VIP AA. Apa AA jawabannya antri ajal. Jadi kembali pandangan masyarakat terhadap veteran itu penting sekali. Jangan dianggap veteran itu jual-jual kalender. Kan pernah ada ucapan veteran itu jual-jual kalender di pinggir jalan. Itu kan karena mereka tidak mampu jadi mau apa. Namun sekarang sudah tidak ada lagi. Sudah mulai ada usaha-usaha sehingga mau tidak mau mereka kebutuhan minimalnya bisa dipenuhi secara langsung.

Data-data mengenai veteran itu lengkap?

Data ada karena kita sesuai dengan keluhan. Yang keluar masuk kita layani. Jumlahnya tidak banyak. Saya kira tidak ada 200 ribuan lagi seluruh Indonesia yang tadinya jutaan itu. Masa mereka pergi tanpa dikenang itu kejam sekali saya kira. Sebagian besar terletak di Jawa. Kesadaran bangsa kita ini akan sejarah itu juga masih rendah karena mungkin juga tidak ada alatnya. Alatnya itu sumber bacaan, sumber bacaan ini yang menurut saya kurang. Selain dari mutu dan kadang-kadang selain dari kesubyektifan dari si penulis.

Comments