Skip to main content

Atas Nama Romansa=Imaji=realita

Sang Fajar telah menampar mukaku setelah sebelumnya telingaku dikejutkan raungan wekerku. Akupun terjaga dari mimpi indah semalam. Hari ini kusadari sebuah hari baru yang harus segera kumulai. “Apa kabar hari baru ! Apa kabar pagi!”, kataku di depan deretan cermin retakku.
“Apa kabar hari baru!”, Entah berapa kali kukatakan kalimat itu di ruanganku ini. Hari ini sama saja dengan hari kemarin, sepi, hambar dan penuh dengan rindu. Aku terjerat rindu, terjebak di kubangan masa lalu tapi aku tetap bahagia.
Aku hanya tersenyum..entah karena apa aku begitu bahagia hari ini.. tak peduli mimpi atau kenyataan karena memang semuanya sudah bercampur.. (Then night and day, real life and dreams, grew mixed together)…..
Selepas rutinitas pagi seperti biasa kuraih heater dan menunggu air didalamnya mendidih. Sambil menunggu tanganku meraih satu sachet kopi Mix menyobeknya dan menaruh isinya dalam cangkir warna putih kesayanganku. Tak lama alunan lagu-lagu radio lokal sudah terdengar dari MP3 player merek Cryphtonixku.
“Karena wanita ingin dimengerti…” alunan lagu dari Ada Band memulai pagi itu. Grup band yang katanya banyak digandrungi remaja-remaja cewek. Begitu sering mendengarnya yang berujung pada kalimat tanya “Seperti apa wanita ingin dimengerti?”,..lalu “apakah pria tak boleh ingin dimengerti?”.
Rasanya aku selalu coba mengerti apa yang mereka mau namun nyatanya..ah semua hanya lelucon.
Mataku masih memerah. Semalaman aku menatap layar monitor tapi hanya beberapa paragraf saja yang bisa tertulis. Malahan waktuku habis hanya untuk memejet tombol keypad hp dan memandangnya saja. Hanya memandangnya saja sambil mengingat-ingat sesuatu. Ah hanya seperti ini tulisan yang akan kukirim?
Air sudah mendidih. Aku tahu dari suaranya yang bergejolak dan bau plastik terbakar…maklum kabel heater itu sempat meleleh dan kusambung makanya kalau sudah panas akan muncul bau benda terbakar.
Perlahan kutuangkan air itu kedalam cangkir. Aku menikmati bau serbuk kopi yang terkena air panas dan suaranya yang khas…entah karena terlalu sering minum kopi atau penciumanku terlalu peka hingga mampu bedakan mana kopi yang enak dan dan tak enak. Cara pertama menurutku dari baunya. Kopi enak, kesan pertama sensasi rasanya sudah muncul saat pertama kali air dituangkan dan bercampur dengan kopi.
Sekali lagi aku membaca dan sambil coba menyelami paragraf-paragraf yang telah kutulis. Aku harus segera menyelesaikannya. Secangkir kopi yang masih mengepulkan uapnya sudah ada di tangan dan perlahan kuhirup…Nikmat. Saat perlahan cairan masuk dalam tenggorokan saat itulah imajinasiku pelrhan mulai mengembara ke tempat yang sulit kujangkau.
Seringkali orang-orang datang padaku. Mereka tak henti-hentinya ocehkan semua petuah, nasihat tentang memulai hidup baru,mencari cerita baru dan segera buang masa lalu melupakan selamanya. Ah petuah, omongan, nasihat yang hanya omong kosong sampe masuk telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan. Semua omongan mereka bahkan telah kubungkus dan kujdikan ganjal pintu kosku.
Terkadang saat putus asa merasukiku hingga kumerasa hidupku telah terhenti di masa lalu. Aku merasa saat ini sudah tak ada lagi jejakku. “Bukankah itu yang kalian inginkan?” teriakku pada semuanya. *(Then night and day, real life and dreams, grew mixed together). Sebenarnya kalian sudah kuberi banyak tak semuanya bisa mendapatkan itu.You could be my unintended…kata-kata konyol yang pernah terucap buat kalian.
Semuanya yang ingin menyingkirkanku dari kehidupan mereka. Faktanya masih ada nafas anggap sajalah aku hanya mummy berjalan yang seringkali merongrong dan tak ada lagi yang bisa diharapkan darinya.
Tanganku kembali terhenti….ide dan segala imajinasi sesaat terhenti.
Ah sial aku sulit untuk berkreasi..imajinasiku kini terantai. Ada sesuatu yang membuatnya tak bisa jatuh dari langit. Atau jika jatuhpun menyangkut sesuatu hingga tak sempat masuk ke dalam otakku. Jika mengingat tenggat waktu tinggal seminggu lagi. Memang seminggu waktu yang masih panjang namun melihat deretan jadwal yang sudah memadati hari-hariku semua membuatku was-was.
Pelan-pelan aku coba memeras kembali otakku..Aku kembali mengenang duka, mengingat perih dan melupakan kebahagiaan. Kembali kuselami dunia imajiku.
“Tiit..tiiit..tiiit”, sebuah SMS terdengar dari Hpku. Suaranya memanggil-manggilku segera membuka, membaca dan kalau perlu sesegera mungkin membalasnya. Ah non sense..bullshit…muak dengan bunyi SMS atau dering hpku. Kalau saja bisa memilih aku ingin hidup dimasa memijit keyboard dan kirim SMS belum menjadi candu. “Addicted”. Bukankah lebih enak dengan menulis surat saja. Ada satu rasa yang berdebar-debar menunggu balasan dari surat yang akan ada pada hitungan hari bahkan minggu yang masih memberi kesempatan kita untuk berandai-andai dengan segala sesuatu.
SMS…aku mendatangkanmu dengan SMS dan kau menghilang hanya dengan meninggalkan SMS..sudah menjadi hukum alam mungkin.
“Tiit..tiit” sekali lagi SMS terkirim ke Hpku. Malas. Ah ini bukan masa dimana bunyi itu begitu kunanti. Sekarang bukan saat dimana berjam-jam aku sanggup memencet tombol keypad HP hanya pada satu nomor tertentu. Semuanya di pagi hingga malam hari.
“kurang kerjaan saja”….
Saat itu kuhitung ribuan kali aku memilih option send. “Kurang kerjaan saja ”
Siapa juga yang mau menghitung berapa kali sudah kirim SMS selain aku pada waktu itu.
“Tiit..tiiit”, ah dengan satu kata terpaksa kulangkahkan kaki meraih HP sialan itu. HP yang ngga’ rusak-rusak juga meskipun sudah menyelam di lumpur, terbanting, dan terjatuh di kamar mandi “ah bandel”. Mungkin saja ia terus bertahan untuk selalu menyimpannya karena aku belum punya banyak uang guna beli yang baru dan menyemangatiku kerja lebih keras hingga suatu saat mampu beli yang baru. Mungkin saja ia enggan disingkirkan dan hanya sekedar mengingatkanku akan sejuta kenangan yang tak bisa terbeli karena sudah lengket dengan HP ini. Tapi terkadang aku muak juga jika mengingat sejuta kata gombal yang kuterima di Hpku ini dan satu yang lebih bodoh lagi kata-kata gombal itu bahkan telah kutulis dalam berlembar-lembar ceritaku yang entah sudah tersebar kemana aja.
Ah aku kembali terhenti…aku bingung mana cerita dan mana kenyataan rasanya semua telah bercampur…Mataku kembali menerawang.
“Hari ini saya bisa…enaknya ngobrol ketemu dimana?”..ooo ternyata pesan singkat dari salah satu narasumberku. Ya kegiatan rutin yang sudah kujalani sejak setengah tahun lebih. Sebuah hobi kataku, bukan pekerjaan dan mungkin saja banyak yang mencibirku apalagi jika melihat background pendidikan yang kumiliki. “Lho sarjana teknik kok jadi jurnalis ilmunya dikemanakan?”, entah sudah berapa kali ocehan seperti itu terdengar di kupingku dan aku hanya tersenyum “ya…ya..ya”, hanya itu yang bisa kujawab.
Sebenarnya aku juga heran dengan orang-orang disekitarku. Pernah aku tanya seseorang yang mati-matian cari kerja dan belum dapat-dapat. Masih terus cari kerja yang satu jalur sesuai dengan jurusan “Ya gimana lagi terlanjur cinta”. Jawaban yang membuatku terdiam. Dan sebenarnya itulah alasan ketika tiap orang bertanya padaku tentang yang kujalani. “Ya gimana lagi terlanjur cinta”.
Hehehe..aku lupa itulah kenyataan dan terkadang aku lupa batas antara imajinasi dan kenyataanku begitu tipis. Ketika membaca kembali karya-karyaku baik yang dimuat maupun hanya tertumpuk di pojok kamar seringkali tersenyum dan menertawakan diriku sendiri…aku teringat di kenyataan benar-benar ada janji hari ini.
“Tepat waktu”…satu hal yang terus terpatri. Jika bikin janji selalu aku datang lebih tepat tentunya kalau semua berjalan lancar.
Mataku tertuju pada satu titik. Ah sepertinya aku mengenalnya. Aku tak percaya dengan perasaan karena semua itu sering menjebakku. Namun kali ini benar. Aku bertemu dengan sosok satu ini. Cewek cantik yang jadi idola di lingkupnya, mungkin saja tercantik diantara rekan satu angkatannya. Atau mungkin mataku saja yang terpesona hingga kata-kata yang terucap untuk menggambarkannya selalu melebih-lebihkan. Tapi tidak bukan aku saja yang berkata seperti itu. Ada begitu banyak pria hidung belang dan para kucing garong yang mengincarnya. Pernah satu ketika kubaca satu coretan di bangku kuliah yang menulis-nuliskan namanya, bahkan kirim-kirim salam segala dalam hatiku “cuih” norak, pengecut kataku.
Mumpung masih lama janjian dengan narasumberku. Ah benar ngga’ yang kulihat. Perlahan aku mendekat di sisi samping sebelah pengumuman lowongan kerja mataku melirik dengan bekal nekad aku menyapanya. Satu hal yang kuingat tentang cewek satu ini yang selalu membuatku megap-megap. Satu senyuman di bibir tipisnya yang sangat jarang sekali muncul namun sekali muncul hanya satu kata “luar biasa”. Ah itu hanya bualanku yang dulu mungkin saja jadi secret admirernya atau malah terang-terangan mendeklarasikan jadi fans beratnya. Ah wajarlah aku hanya lelaki normal “satu yang selalu kujadikan Pembenaran”.
Aku melambung ke dunia imaji yang lebih jauh lagi. Disaat jantungku makin berdebar mataku makin terpesona perlahan kudengar John Lennon terdengar. “Stand by Me”..ah aku hanya tersenyum-senyum sendiri. Aku juga heran sejak kapan di kampus bisa membunyikan MP3 dengan keras apalagi di kantor.
Kembali kuangkat secangkir kopi Mix yang tinggal menyisakan sepertiga bagiannya…
Singkat kata singkat cerita aku sapa dia…
“Hai Nda?...namanya Nanda seperti kataku tadi ialah gadis tercantik itu….Dia menoleh akupun lega ternyata tidak salah orang. Namun ada hal yang menakutkanku senyumannya. Ah sialan ia benar-benar tersenyum padaku dan mengulurkan tangannya. Ah makin berdebar saja..aku makin megap megap….
Megap-megap…sensasi yang membuatku terjaga dari imajiku…
Tak pernah terbayangkan kumiliki wanita seperti dirimu..tak pernah terfikirkan kau kan pergi dariku pergi tinggalkanku….Sebuah kenangan masa laluku terpancar dari wajah Nanda. Bukan kenangan tentang Nanda namun kenangan orang lain yang ada di balik wajahnya. Sesuatu yang dulu sempat membuatku bertahan dalam satu kisah.
Komunikasi itupun terjalin…aku menoleh kiri dan kanan..memastikan kenyataan atau hanya mimpi…
Aku hanya tersenyum..entah karena apa aku begitu bahagia hari ini.. tak peduli mimpi atau kenyataan karena memang semuanya sudah bercampur.. *(Then night and day, real life and dreams, grew mixed together)….. Nanda pun melangkah pergi dengan satu kesan…ia melangkah menjauh dan dari tempatku aku berharap ia menoleh kembali ah itukan hanya adegan dalam film-film saja…Seratus meter duapuluh lima centi…Nanda menoleh dan tersenyum padaku…konon katanya seperti di film-film jika seperti berarti ada satu rasa yang sama…aku tersenyum dalam imajiku…
“Tiit…tiit” …Hpku berbunyi dengan kerasnya. Membuatku terjaga. Kembali terbangun. Sebuah SMS…”“Hari ini saya bisa…enaknya ngobrol ketemu dimana?”,
“Ok di gedung pusat kampus aja gimana”, jawabku.
Sebenarnya bukan tanpa alasan aku memilih tempat itu. Dan akupun tersenyum pada diriku dengan satu harapan konyol yang lebih tepat disebut parodi mungkin…but life is not easy.
Keterangan:
Karena wanita ingin dimengerti, salah satu judul lagu Ada Band.
Then night and day, real life and dreams, grew mixed together, satu petikan dari novel great expectation karya charles Dickens.
Tak pernah terbayangkan kumiliki wanita seperti dirimu..tak pernah terfikirkan kau kan pergi dariku pergi tinggalkanku..potongan lirik lagu bertahan five minute.
life is not eas, pernah diucapkan oleh Sigmund Freud.
You could be my unintended, potongan lirik lagu MUSE unintended.