Skip to main content

SMK Negeri 1 Jepara Kiblatnya Sekolah Kelautan

SMK N 1 Jepara
Ade Sopiali, S.Pi, M.Pd, Kepala SMK Negeri 1 Jepara Hadir sebagai kepala sekolah saat kondisi sekolah nyaris gulung tikar. Penerimaan siswa baru cuma menjaring 9 calon siswa. Kini menjelma menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional. Jawaranya lomba kompetensi siswa tiga tahun terakhir.


“Waktu pertama kali datang ke sekolah ini kondisinya sangat memprihatinkan,” kata Ade Sopiali, yang mulai menjabat Kepala SMK Negeri 1 Jepara sejak 2000. Jangankan bicara prasarana sarana sekolah yang sangat minim. Lokasi sekolah saja masih sulit dijangkau.

Jalan menuju sekolah adalah jalan buntu yang tidak dilalui angkutan umum. Jalannya punya hanya tanah biasa yang selalu becek saat musim penghujan tiba. Sehingga banyak siswa tak masuk sekolah kala hujan tiba di pagi hari.

Selain itu, sekolah yang terletak di Jalan Gudang Sawo Km 1,5 Jepara ini tidak tersambung jaringan telepon dan air bersih. Saat Ade Sopiali dipercaya menjadi kepala sekolah, ia menilai SMK 1 Jepara mirip bangunan yang lama tak berpenghuni. “Waktu itu rumput-rumput di halaman sekolah tinggi-tinggi,” katanya.

Anggaran tahunan sekolah ternyata cuma Rp 27 juta. Biaya listrik setahun saja totalnya Rp 16 juta. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mengembangkan sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 16,5 hektare itu.

Ketika ia ditugaskan di SMK 1 Jepara, kala itu bertepatan dengan tahun pelajaran baru. Hingga hari terakhir penerimaan siswa baru, hanya ada 9 siswa yang mendaftar. Dari segelintir calon siswa tersebut, 6 orang di antaranya berniat mengundurkan diri. Padahal sekolah mampu menampoung 4 kelas, dengan jumlah siswa masing-masing kelas 36 orang. “Proses pendaftaran siswa baru diperpanjang hingga Oktober,” kata Ade.

Yang membuat kening makin berkerut, kala itu Ade juga harus berhadapan dengan etos kerja guru dan karyawan yang sangat rendah. Motivasi kerja guru dan karyawan, menurut Ade, sungguh memprihatinkan. Banyak guru tak hadir dengan berbagai alasan. Yang paling membikin Ade mengelus dada, sebelas guru dan 21 guru mengajukan mutasi pindah.

BERBENAH MENUJU PERBAIKAN

Ade Sopiali yang magister pendidikan Universitas Muhamadiyah Surakarta ini tak patah semangat. Bekal pengalaman selama mengajar di Sekolah Menengah Teknik Pertanian Sitiung Sumatera Barat (1987-1999) dan SMK Negeri 2 Slawi Tegal (1999-2000) turut membesarkan hatinya. Di usia 47 saat ia menjadi kepala sekolah, Ade bukan guru kemaren sore.

Ade Sopiali mengajak guru, karyawan dan masyarakat bahu-membahu untuk membesarkan sekolah. Ia juga menjalin kerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Jepara. Bahkan Departemen Departemen Perikanan dan Kelautan juga ia datangi untuk meminta bantuan.

Kualitas sumberdaya guru dan karyawan ia benahi. Harapannya, dengan mempunyai guru berkualitas bisa menjaring siswa terbaik di kota ukir itu. “Tantangan SDM memang paling berat. Sampai sekarang belum diatasi secara maksimal,” kata Ade Sopiali.

Pelan namun pasti, SMKN 1 Jepara menjadi sekolah yang disegani dan tak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kini sekolah punya program sister school, center school. Status sekolah meningkat menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN) hingga menjadi rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada 2006. “Kami merupakan salah satu sekolah yang pertama kali menjadi SBI di Jepara,” kata Ade Sopiali. Bidang kurikulum juga mengalami menjadi perhatian pembenahan Ade. Sekolah yang dulu ibaratnya tak memiliki kurikulum itu bisa mengembangkan KTSP.

Yang juga berubah drastis adalah kedisiplinan guru, karyawan dan siswa. Misalnya ditandai dengan jam masuk sekolah yang selalu tepat pukul 7.00. Guru dan karyawan pulang rata-rata di atas pukul 14.00. Mereka masih disibukkan dengan pekerjaan masing-masing usai mengajar. Bahkan ada yang pulang hingga malam hari, khususnya karyawan unit produksi. Siswa juga mempunyai catatan disiplin berupa Catatan Buku Tata Tertib Sekolah. Semua siswa mempunyai poin penilaian. Jika melakukan pelanggaran akan mengurangi poin kedisiplinan.

Suasana praktikum siswa juga sudah berjalan dengan baik. Jika dulu hampir-hampir tidak ada praktik, kini siswa dari luar sekolah pun menimba ilmu ke SMK 1 Jepara. Misalnya SMK Loli Nusa Tenggara Timur, SMK Pacitan, dan SMK dari Yogyakarta, dan Bekasi yang sengaja datang untuk belajar. Bahkan ada rombingan darmasiswa dari Bangladesh yang mengunjungi sekolah ini.

Pengalaman Ade Sopiali mengangkat sekolah pinggiran inilah yang mengantarkannya meraih juara satu Lomba Best Practice Kepala Sekolah kelompok SMA/SMK 2007 yang diselenggarakan Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas. Ade membawakan makalah berjudul Mensiasati Sekolah yang Hampir Tutup Menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.

Berbagai diklat di dalam negeri hingga luar negeri selama ia menjabat kepala sekolah, juga turut menambah kinerja Ade mencorong. Ia pernah mengikuti pelatihan peternakan di IPB Bogor, task force di China (2004) dan Jepang (2005 )dan di Swiss tahun 2006.


BANYAK YANG DIBANGGAKAN

Berkunjunglah ke SMKN 1 Jepara, sekolah kejuruan bidang pertanian dan kelautan yang nyaris gulung tikar kini tak lagi susah. Jalan menuju ke sekolah sudah beraspal mulus dan dilalui angkutan umum. Prasarana dan sarana sekolah mulai tampak mencorong. Dari ruang praktek laboratorium bahasa, komputer, unit usaha produksi, internet, jaringan TV edukasi, perpustakaan dan kantin. Semua itu ditopang anggaran sekolah tahun 2007 sebesar Rp 712 juta.

Prestasi siswa juga mengalami peningkatan. Misalnya keikutsertaan siswa di berbagai ajang lomba kreativitas di tingkat provinsi dan nasional sebagian membawa pulang kemenangan. Di antaranya juara umum Pekan Olahraga Daerah SMK Pertania se-Jawa Tengah, dan juara lomba kompetensi siswa tingkat provinsi dan nasional tiga tahun terakhir. Lulusannya juga mulai diminati kalangan dunia usaha dan dunia industri. Bahkan ada puluhan lulusan yang kini bekerja di Jepang.

Satu lagi yang pantas dibanggakan, SMK N 1 Jepara berhasil meraih ISO 9001-2000. Namun Ade masih merasa pencapaian itu belum optimal. Ia terus menggenjot semangat siswa, guru dan karyawan untuk terus memajukan sekolah. “Saat ini baru embrio nantinya kami ingin benar-benar-benar menjadi sekolah internasional yang benar-benar,” kata Ade Sopiali.


Ade Sopiali masih bercita-cita menjadkan SMKN 1 Jepara menjadi kiblatnya sekolah pertanian dan kelautan di Indonesia.


Fathoni Arief

Comments

Abang Jago said…
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said…
jln smkn 1 jepara itu sdh diaspal th 1996 yg dari gudang sawo sampai depan sekolah karena saya lulusan pertama/pionir kok diblog ini tertulis baru th 2000?