Skip to main content

Lagi Tentang Menoreh...

Kira-kira pada pertengahan bulan Mei tahun 2007 saya hadir dalam sebuah pertemuan tentang pendidikan di Apartemen Magister Manajemen UGM. Lewat acara itulah saya kenal Menoreh. Mulai dari itu tempat legendaris itu masuk dan memberi satu kisah dalam kehidupan saya.




Menoreh memang bukanlah kata asing. Setiap kali tempat itu disebut yang terbayang adalah para pendekar dalam cerita SH Mintarja ( baca: Api Di Bukit Menoreh). Meski sudah sering mendengar seperti apa kondisi geografis, penduduk dan segala sesuatu yang ada di sana saya belum pernah melihat sendiri.

Orang yang membawa saya ke Menoreh adalah Pak Muhlasin, seorang tokoh masyarakat yang jadi kepala Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Muda. PKBM ini pusatnya di desa Cacaban Kidul tapi sudah merambat hingga ke beberapa desa di sekitarnya. PKBM ini menaungi kelompok belajar masyarakat paket A, B dan C. Sewaktu acara pertemuan di apartemen MM UGM Pak Lasin, begitu dia biasa disapa, banyak cerita kondisi pendidikan dan berbagai hal yang dicapai. Intinya ada sebuah kesadaran di sebuah komunitas yang secara ekonomi termasuk tertinggal akan pentingnya pendidikan.

Beberapa hari setelah acara itu saya dengan ditemani seorang teman menuju ke lokasi. Ingin tahu seperti apa kegiatan PKBM di sana. Kami begitu buta akan gambaran medan di sana. Rute menuju sana juga pakai ilmu kira-kira.

Kira-kira rute yang kami tempuh waktu itu lewat kali Jalan tembus. Satu yang masih saya ingat sempat juga lewat sebuah jembatan gantung yang usianya mungkin sudah cukup tua. Kami sempat mengambil foto-foto jembatan itu tapi sayang saya sendiri kehilangan dokumentasi peristiwa tersebut.

Singkat cerita kami sampai di daerah Cacaban Kidul setelah sempat kesasar. Kira-kira sebelum Dzuhur kami sudah sampai setelah mencari tempat tinggal Pak Lasin kami menunggu di sebuah warung. Kebetulan Pak lasin masih ada acara takziah ke desa sebelah.

Yah tak berapa lama Pak Lasin beserta ibu datang. Setelah sekedar istirahat kami langsung menuju tempat pertama, balai desa. Di balai desa tersebut terdapat sebuah sekolah dasar yang di hari-hari tertentu digunakan sebagai tempat belajar bagi peserta Kejar paket A.

Satu metode wawancara yang unik saya lakukan. Saya mesti berada di depan ibu-ibu layaknya seoranng guru dan bertanya bagaimana kesan-kesan mereka dalam mengikuti kejar paket A. Saya sangat terkesan melihat semangat belajar mereka. Meski sebagian besar adalah ibu-ibu yang sudah berumur namun tak ada kesan minder, malu atau apa. Mereka ingin pintar begitu kata-kata yang terlontar saat saya tanya. Di tempat ini juga saya pertama kali berkenalan dengan Pak Miftachudin seorang guru MAN di Purworejo yang dengan dedikasinya membantu sebagai salah seorang tutor.

"Bagaimana mas sekalian naik ke atas lihat kegiatan kejar paket B?" tanya pak Lasin.

Yah sekalian sudah terlanjur di sini saya mengiyakan untuk menuju tempat kegiatan kejar paket B.

Kamipun menuju ke atas tempat kegiatan tersebut berlangsung..

Bersambung.....

Comments