Skip to main content

Manusia Merdeka

Seorang rekan dalam buletin yang secara tak sengaja penulis baca pernah bertanya " Seperti apakah manusia merdeka itu?". Sebuah pertanyaan yang mulanya penulis tanggapi dengan biasa saja. Sesuatu yang kurang urgent untuk dijawab dan dikomentari tetapi akhirnya penulis merasa terusik juga untuk mencoba memberi sedikit jawaban.
Secara etimologi manusia merdeka terdiri dari dua kata, manusia dan merdeka. Jika membolak-balik kamus besar bahasa Indonesia kata Merdeka dijelaskan sebagai; bebas dari tekanan, berdiri sendiri, tidak terikat dengan sesuatu, tidak dibatasi. Manusia merdeka merdeka berarti manusia yang dirinya bebas dari tekanan tertentu, tidak terikat dan terbatasi aktivitasnya.
Penjelasannya seperti itu biasanya akan diikuti dengan pertanyaan baru. Kebebasan yang seperti apa? Pembatasan yang seperti apa? Dan mungkin pertanyaan yang lebih mengena sudahkah menjadi manusia merdeka.
Apakah kita sudah merdeka? Kita yang terkadang bisa didentikkan dengan bangsa ini. Jika pertanyaan ini ditanyakan pada anak sekolah dasar kebanyakan atau mungkin hampir semua akan menjawab serempak " Sudah". Kita merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dari penjajahan Belanda.
Pertanyaannya mungkin perlu lebih di khususkan lagi agar mendapat jawaban spesifik lagi."Apakah anda sudah merdeka?"Dengan parameter-parameter yang diberikan diatas masing-masing dari kita mungkin akan bisa menjawabnya.
"Apakah kita sudah terbebas dari tekanan-tekanan?" Ada banyak sekali jenis tekanan disini: Tekanan dari orang tua utnuk masuk Jurusan tertentu, tekanan akibat kesulitan ekonomi, tekanan dari orang terdekat untuk tidak ini dan itu dan masih banyak lagi.
"Apakah kita sudah bebas dari keterikatan?" Bagi seorang mahasiswa keterikatan ini banyak sekali. Mulai dari keterikatan secara finansial kepada orang tua, segala keterikatan pada orang tertentu ( baca:Pacar), dsb.
"Apakah kita sudah bisa berdiri sendiri?"
Mencerna dan memahami parameter-parameter yang ada penulis sendiri mengakui bahwa belum sepenuhnya merdeka. Hal itu juga yang menjadi alasan beberapa waktu lalu pada option profil situs pertemanan penulis menghapus kata-kata manusia merdeka, setelah menyadari kondisi yang sebenarnya.
Apakah kita sudah merdeka? Merdeka seperti apa? Jawaban yang sudah ada pada masing-masing kita. Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa tidak ada kemerdekaan yang mutlak. Semua tetap dibatasi oleh koridor yang ada (baca: Agama).
Pogung Dalangan, Oktober 2006