Malam lebaran, suara takbir terdengar bersahutan dari corong-corong mushola dan masjid. Kembang api terlihat mewarnai langit kotaku. Manusia dari berbagai pelosok memadati jalanan kota. Aku, memilih berada di rumah saja. Bukan karena kemalasanku untuk turut merayakan malam lebaran namun aku memang tengah menunggu seseorang. Aku duduk di teras, menyuarakan takbir sendirian menikmati suasana tenang yang jarang kujumpai ketika berada di ibukota. “Mas bagi zakatnya…!” seorang pengemis kecil berhenti di pagar depan rumahku. Lalu bergantian satu pergi satu datang lagi dan begitu seterusnya. Aku membagikan recehan koin 500 perak pada belasan bahkan mungkin bisa saja puluhan orang. Banyak diantara mereka pengemis langganan yang tiap hari Jumat datang menengadahkan tangan minta receh demi receh jatuh ke tangan mereka. Tak sadar waktu berjalan dengan cepatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, suara takbir masih terdengar bersahut-sahutan namun jalanan kampung sudah sepi dan peminta se
Sebuah Catatan Perjalanan Anak Kampung