Skip to main content

Menikmati Kebekuan

Menikmati Kebekuan
Mau diapakan lagi bangunan yang telah luruh?
Luruh, jatuh diantara puing-puing kehancuran..
(Tolong berhentilah sebentar! Jangan kau turuti suasana itu! Tariklah nafasmu lihat hari masih begitu indah! Mentari masih tersenyum padamu…Lihatlah kesekelilingmu! Rasakan kehangatan itu!)
Diantara puing itu kakiku melangkah..
Diantara reruntuhan itu aku mencoba mencari…
Diantara puing itu kucoba terus berdiri dan membangun keteguhan
Aku yang berusaha akan tekadku…
(Hei coba lihatlah aku tak berbohong mentari benar tersenyum padamu! Pandangi, Rasakan itu di sana!)
Aku tak bisa merasakan…
Aku telah membeku..
Aku telah mati rasa
Jangan kau lihatkan Rasa itu lagi!
(Benar kawan coba pandangi mentari itu dan balas senyumannya! Kehangatan senyuman itu pasti bisa mencairkan kebekuan itu dan kau akan bisa merasakan lagi)
Aku belum berani menerima rasa..
Aku tak akan membalasnya…
Tak tahu sampai kapan aku menikmati kebekuanku
Mungkin sampai aku yakin mentari yang kulihat benar-benar nyata
Bukan antara nyata dan imajiner
(Sudahlah terserah kamu..tapi ketahuilah ada saat sang mentari juga tenggelam tergantikan sang bulan)
Itu lebih baik..aku tak lagi percaya mentari aku mungkin menunggu saja mentari tergantikan oleh rembulan…

Pojok Pogung, 6 Juni 2006

Comments