Skip to main content

LABA-LABA RAKSASA PENCEGAH TANAH LONGSOR

Bayangkan laba-laba raksasa dengan berat lebih dari 3 ton merayap di lereng-lereng terjal dan curam. Merayap dan menelusuri titik-titik yang dianggap rawan akan bencana tanah longsor dan kemudian melakukan tindakan penanganan yang sebelumnya dilakukan oleh tenaga manusia dengan menggunakan scafolding yang tinggi dengan bergelantungan.



(www.iswn.it)

Itu bukan cerita superhero seperti yang ada dalam komik. Itu adalah robot raksasa yang bentuknya mirip laba-laba. Dikenal sebagai Roboclimber, mesin panjat pertama ini didesain untuk menangani permasalahan tanah longsor tanpa membahayakan keselamatan manusia. Karena dengan adanya roboclimber tenaga manusia yang berdekatan dengan resiko tinggi akan digantikan.

Tanah longsor jadi satu masalah yang serius di Italia. Kejadian yang bisa sampai 400 kali terjadi dengan kerugian mencapai 1200 juta dolar Euro dan korban jiwa yang banyak. Penyebabnya biasanya saat tanah dari suatu lereng kehilangan daya ikat dan tak stabil sehingga gaya gravitasi membuatnya jatuh membawa material yang seringkali membawa korban baik jiwa maupun harta benda. Para Insinyur di berbagai negara telah mengembangkan berbagai macam teknik guna mencegah tanah longsor. Dalam pelaksanaannya timbul satu permasalahan lagi. Pengerjaan hampir semuanya secara langsung melibatkan tenaga manusia dan seringkali kemanan mereka tak sepenuhnya dijamin.

Sebentar lagi hal itu akan jadi kisah lama. Sistem robot yang selama ini digunakan untuk di satelit ruang angkasa telah menginspirasi terciptanya robot untuk menangani tanah longsor. Karya cipta yang cukup fenomenal ini nantinya akan jadi satu dari robot terbesar yang pernah dibuat. Bahkan mungkin akan juga menjadi satu yang paling cerdas dan tangkas.

Satu yang menginspirasi Roboclimber adalah kemampuan manuver dari sebuah satelit ketika menuju orbit yang tepat. Hal itu rupanya terbaca oleh para Insinyur ESA dan menggunakannya dalam mengembangkan Roboclimber. Robot ini akan dikendalikan dengan remot yang sistem aslinya sebenarnya dirancang bagi ESA guna mengontrol robot luar angkasa dan lengan robot satelit.

“Memperkuat lereng yang terletak di tempat tinggi merupakan satu bisnis yang penuh dengan resiko. Orang seringkali bekerja pada scaffolding pada ketinggian jauh diatas tanah dan nanti pada lereng yang tidak stabil,” kata Giorgio Pezzuto, Manajer Proyek dari D’Appolonia di Genoa Italia dilansir dari majalah Eureka.

Masih dari majalah eureka tambahnya, “Pada tahun 2001 kita mengusulkan satu proyek untuk mengevaluasi bagaimana teknologi yang inovatif dapat menyederhanakan pekerjaan ini dan mengurangi resiko manusia. Obyeknya adalah untuk mengembangkan satu robot sistem untuk mengerjakan pekerjaan.”

Proses stabilisasi lereng yang beresiko dapat membahayakan tenaga kerja di lapangan. Mungkin aspek yang penting dari Roboclimber yang akan memberi resiko pada keamanan kerja.

Di desain untuk bekerja pada kedua sisi baik permukaan horizontal maupun vertikal, kaki-kainya bergerak dan posisi mekanisme pengeboran-terdiri dari sejumlah nomor yang berbeda lengan dan tangan robot. Pengeboran sendiri dapat membuat lubang sedalam 20 meter dan berotasi diantara rangka logam Roboclimber untuk mencapai sudut pengeboran yang optimal. Tangkai dapat dimasuki dengan remote control.

Posisi dari empat kaki, keseimbangan dan semua parameter operasi dapat dilanjutkan dimonitor lebih jauh secara lebih spesifik dengan menggunakan perangkat lunak analisis stabilitas. Dengan perangkat tersebut dapat diketahui apa yang harus dilakukan pada semua kondisi bahkan hal yang dapat merusak atau menghentikan operasi robot dapat diidentifikasi. Ada sebuah peringatan lengkap diikuti dengan langkah apa yang harus dilakukan.

“Biaya dari konsolidasi lereng akan bisa direduksi hingga mencapai 30 persen untuk penanganan yang luas dan di situasi dimana hanya monitoring dan intervesi kecil dibuthkan penghematan biaya bisa mencapai 80 persen,” kata Pezzuto.

MF. ARIEF

Comments