Skip to main content

Kepak Sayap Ex Guru Timor-Timor

Kisah Ramlyd Eks Guru Di Timor Timor

“Hai saudara-saudaraku guru eks Timor-Timor bekerjalah dengan tulus dan tanpa pamrih. Semoga apa yang kita lakukan di dunia ini akan menjadi bekal di akhirat nanti. Mulailah berkarir ternyata guru eks Timor-Timor tidak kalah dengan guru-guru yang lain. Aku rindu dengan kalian maju terus jangan kalah bersaing,” itulah ungkapan kata hati terdalam seorang Drs Ramlyd pengawas berprestasi asal Sulawesi Tenggara saat ditemui selepas pengumuman juara pengawas berprestasi. Memang ada kesan mendalam tiap kali dirinya teringat rekan-rekan sesama bertugas di daerah yang kini telah keluar dari naungan Republik Indonesia tersebut.

Lewat sebuah proses seleksi yang sangat ketat sekali mulai dari tingkat kota Kendari, provinsi hingga pusat akhirnya ia meraih juara pengawas berprestasi. “Kami diseleksi sampai setelah dapat peringkat pertama kami ikut lagi di provinsi dengan peserta dari 10 kabupaten kota. Seleksinya sebenarnya sama malah saya merasa yng terberat waktu di tingkat Kabupaten,” kata Ramlyd. Menurutnya lagi ia mengakui semua para pengawas yang hadir di Jakarta itu berprestasi. “Cuma kemujuran masih berfihak pada saya. Persoalan kepintaran bukanlah yang utama tetapi keberfihakan kemujuran,” katanya lagi dengan nada merendah.

Ramlyd membawakan sebuah karya tulis berjudul strategi bimbingan profesional sebagai tindak lanjut kemitraan pengawas dengan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru bahasa Inggris SMP Negeri di kota Kendari. Semua yang ia sampaikan dalam karyanya berawal dari setiap pengalaman tiap kali turun ke lapangan. Tiap ke lapangan seringkali mendapatkan fakta bahwa masih banyak guru yang administrasinya belum lengkap dan juga dalam pelaksanaan KBM belum memuaskan.

Segala fakta yang didapatkannya di lapangan akhirnya diangkat sebagai bahan karya tulisnya. Dari pengalamannya ternyata belum pernah tiap kali turun lapangan dirinya menemukan guru yang administrasinya lengkap. Judul yang ia angkat itu bisa dikatakan hasil penelitian dan juga bisa pengalaman pribadi.

Menurutnya pengalaman pribadi ini bukan karena ikut seleksi. Hal itu sudah dilakukannya jauh sebelum ikut seleksi. “Setelah ikut seleksi saya fikir daripada ambil judul lain lebih baik ambil pengalaman pribadi,” kata Ramlyd. Dari semua pengalaman pribadinya itu terus ia bahasakan berdasarkan intrumen-instrumen yang sudah dimilikinya. Di lapangan berdasarkan pengalamannya masih banyak hal yang harus dilakukan. Dengan kesadaran tanpa ada komando ia laksanakan tugasnya. “Tanpa ada komando kebijakan dari pemerintah pusat saya sudah turun,” kata Ramlyd.

Sewaktu KTSP digulirkan belum ada perintah ia langsung tanggap dan sudah turun. Baru-baru ini ada sosialisasi guru portofolio untuk sertifikasi ia turun ke lapangan dan sambutannya ternyata cukup bagus. Itulah langkah-langkah yang dia lakukan.

Ramlyd juga memiliki banyak kesibukan diluar tugasnya sebagai seorang pengawas. Selain pengawas sekolah yang mengkoordinir para kepala sekolah ia juga aktif di dewan pendidikan. Saya juga aktif di Asosiasi Pengawas Sekolah.Di Kota sebagai ketua 2 dan di Provinsi sebagai ketua bidang humas. Saya juga aktif di aksesor kota Kendari. Ia merupakan ketua penilai angka kredit pengawas di tingkat provinsi, Juga penilai angka kredit untuk kota pengawas dan penilik. Ramlyd sendiri mulai menjadi pengawas sejak bulan Mei tahun 2001. Awal karirnya sebagai pengawas langsung ditempatkan di kota Kendari. Ia merupakan pengawas bahasa Inggris.

Menurut Ramlyd sebenarnya kesulitan selama dirinya menjadi pengawas itu bisa dikatakan tidak ada.Di daerah itu perhatian pemerintah terhadap pendidikan masih kurang. Artinya nanti baru-baru ini bagi para pengawas ada semacam fasilitas kendaraan tapi itupun belum merata. “Masih banyak teman-teman yang belum mendapat. Tapi kami harus bersyukur meskipun ada kendaraan tapi yang diberikan pada kami itu tidak memenuhi standar,” kata Ramlyd. Para pengawas di daerah Ramlyd diberi motor dinas merk Yasuki yang menurut keyakinannya belum terbukti. Dengan fasilitas yang sudah diberikan itu sudah sudah begitu disyukurinya karena artinya perhatian dari pemerintah sudah ada.

Karir pertama kalinya sebagai guru di Timor-Timor pada tahun 1992. Waktu itu ia ditempatkan di SMAN 2 Dili. Kemudian pernah dipindahkan ke SMPN 1 Dili selanjutnya di Madrasah Aliyah An Nurdin Timor-Timor dan ia yang mengelola yayasan tersebut. Menurut Ramlyd dirinya tak pernah mengeluh ditempatkan dimanapun. Katanya lagi orang-orang Sulawesi itu berdarah perantau. “Artinya dimanapun kita berada disitulah kita hidup. Saya fikir dimanapun yang penting ada manusia. Yang namanya manusia kan punya nurani. Saya fikir tak ada masalah tinggal bagaimana mengkondisikan diri bagaimana kita berada,” katanya.

Sewaktu dinas di Timor-Timor tantangan utama yang dihadapi waktu itu adalah keamanan. Sewaktu-waktu mau pergi mengajar harus siap menghadapi segala resiko. “Artinya nyawa kamipun terancam tapi semuanya kembali lagi ke masing-masing individu,” kenangnya. Tapi menurut Ramlyd meski keadaanya seperti itu pada prinsipnya selama bertugas disana dirinya tak pernah mengalami intimidasi dan gangguan kemanan. Menurutnya yang penting mengajar dengan baik didasari niat yang baik. Dengan bekal itu ia punya keyakinan tetap dilindungi oleh Allah. Ramlyd termasuk guru terakhir yang meninggalkan kota Dili. Ia baru keluar dari Ibu kota Timorleste pada tanggal 19 Desember 1999. Ia benar-benar tahu bagaimana kacaunya kota Dili pada saat itu.

Guru-guru yang bertahan disana menurut Ramlyd dijanjikan oleh Mendikbud pada saat itu bahwa guru yang bertahan di Timor-Timor sampai dengan jejak pendapat akan diberikan beberapa penghargaan, diantaranya kenaikan pangkat. Namun sampai sekarang ia dan rekan-rekannya belum menikmati penghargaan itu. “Mudah-mudahan pemerintahan sekarang akan merealisasikan hal itu. Saya siap mendata guru-guru di Sulawesi tenggara yang bertahan sampai jejak pendapat saya tahu persis,” kata Ramlyd.

Timor-Timor dalam kenangannya sejak mulai adanya opsi merdeka atau otonomi khusus pendidikan sudah tak kondusif lagi. Yang bertahan disana waktu itu hanya tinggal beberapa orang sampai-sampai dirinya harus mengajar bahkan sampai beberapa sekolah. Kondisi seperti itu diakibatkan karena kekurangan guru disana.Waktu itu para guru sudah keluar dari Timor-Timor dan pulang ke daerahnya. Melihat rekan-rekannya yang keluar Ramlyd sudah menyadari itu dan menganggap wajar karena sudah tidak adanya jaminan keselamatan bagi mereka. Saat itu suasana tak kondusif lagi itulah munculnya pernyataan menteri pendidikan pada waktu itu Yuwono Sudarsono. “Siapa guru yang bertahan hingga jejak pendapat kami akan berikan penghargaan,” ingatnya. Masih ada harapan Ramlyd apa yang dulu dijanjikan mendikbud itu masih tetap bisa didapatkan.

Drs ramlyd lahir pada tanggal 31 Desember 1965 di Tampo, Kabupaten Muna. Istri juga guru di MAN 1 Kendari namanya Dra Jumrah asli Bima. Putra putri 3 orang yang pertama Inggrid Nurmaliza lahir di Bima 1995, kedua Jimly Odoliza lahir di Dili 1998, ketiga Dae Artu Monaliza lahir di Kendari 10 Desember 2005.

Pendidikan Sdnya ditempuh di SDN 2 Tampo Kabupaten Muna tamat tahun 1979. SMP di SMPN Tampo tamat tahun 1982. SMA di SMAN 1 Raha jurusan IPA tamat tahun 1985. Masuk perguruan tinggi di Universitas haluholeo tamat tahun 1990. pada tahun 2004 saya mengikuti program S2 Universitas pembangunan selesai tahun 2006 kemarin.

Sejak kecil Ramlyd memang sudah punya cita-cita ingin menjadi guru namun bukan guru Sekolah tapi dosen.Tapi sekarang meskipun tak menjadi dosen ia tetap bersyukur karena baginya pengawas itu tak ubahnya seorang dosen bagi guru-guru yang lain. Intinya disiplin jangan takut berkorban, jangan menunda pekerjaan. Kita kerja jangan ada pamrih. Terakhir pasrahkan pada yang diatas yang menentukan semua adalah Allah yang maha tahu. Termasuk saya berada disini sebagai juara satu itu semata-mata oleh Allah.

Tentang adanya stigma negatif pada sosok seorang pengawas menurut Ramlyd reka-rekannya saat di lapangan juga merasakan hal seperti itu. Menyikapi hal tersebut menurutnya yang penting adalah tiap-tiap pengawas menguasai tugas pokoknya. “Kita harus lakukan apa yang harus kita lakukan. Kepala Sekolah dan guru itu sangat senang dengan kehadiran kita,” jelasnya. Ia juga tak membantah juga ada beberapa pengawas yang tidak profesional. Tambahnya lagi ada pengawas yang mengerti tugas pokoknya dan ada juga yang tidak ada juga yang namanya pengawas itu pelarian. Hal yang terpenting adalah tahu apa tugas pokok pengawas, siapa itu pengawas dan apa tugas pokok pengawas kedepan. Diluar cibiran dan keraguan dengan pengawas yang ada di daerah Ramlyd nyatanya mampu membuktikan ternyata orang daerah juga punya kemampuan.

MF. ARIEF Majalah PENA PENDIDIKAN EDISI OKTOBER 2007

Comments